Tantangan Dunia Kerja Gen Z: Antara Pilihan Karier & Realitas Ekonomi

Generation Z, yang umumnya didefinisikan sebagai mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, menghadapi tantangan besar dalam dunia kerja. Di Amerika Serikat, lebih dari 4,3 juta Gen Z dikategorikan sebagai NEET (Not in Employment, Education, or Training)—tidak bekerja, tidak bersekolah, dan tidak menjalani pelatihan.
Nah, kondisi serupa ternyata terjadi di Inggris, dengan peningkatan 100.000 Gen Z yang masuk kategori ini dalam setahun terakhir. Secara global, sekitar 20% orang berusia 15-24 tahun pada 2023 juga mengalami hal yang sama.
Baca juga: AS Tambah Puluhan Perusahaan Teknologi Asal Tiongkok ke Daftar Hitam
Ada banyak faktor yang memengaruhi sulitnya Gen Z mendapatkan pekerjaan. Beberapa pihak menyalahkan mereka karena terlalu pemilih atau enggan memulai dari posisi rendah. Namun, ada juga yang menuding sistem pendidikan tinggi sebagai penyebab utama.
Peter Hitchens, seorang komentator politik asal Inggris, berpendapat bahwa banyak universitas menawarkan gelar yang tidak memiliki prospek karier jelas. Menurutnya, daripada mengambil jurusan yang tidak menjanjikan, Gen Z seharusnya memilih jalur kejuruan seperti menjadi teknisi, tukang ledeng, atau pekerja listrik—pekerjaan yang permintaannya terus meningkat.
Jurusan Kuliah yang Tidak Menjanjikan?
Sebuah studi oleh Georgetown University menganalisis gaji awal dari 137 jurusan kuliah di AS. Hasilnya menunjukkan bahwa lulusan jurusan kesehatan mendapatkan penghasilan rata-rata $41.000 per tahun di awal karier mereka, sementara lulusan humaniora dan seni liberal hanya memperoleh sekitar $29.000 per tahun.
Beberapa jurusan yang dianggap kurang menjanjikan dalam hal prospek kerja dan gaji meliputi:
- Studi Etnis dan Gender
- Seni Musik dan Pertunjukan
- Sejarah Seni
- Desain Fashion
- Filsafat
- Studi Keagamaan
- Fotografi
- Sosiologi
- Sastra Inggris
- Komunikasi
- Antropologi
- Seni Kuliner
Sebaliknya, jurusan di bidang kesehatan justru semakin diminati. Dengan perkembangan AI yang mengotomatisasi banyak pekerjaan di sektor teknologi, bidang kesehatan tetap menjadi sektor dengan permintaan tinggi. Diperkirakan akan ada lebih dari satu juta lapangan kerja baru untuk perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam dekade mendatang. Bahkan, profesi perawat praktik lanjutan (nurse practitioner) menjadi pekerjaan dengan pertumbuhan tercepat ketiga di AS, dengan gaji rata-rata mencapai $126.260 per tahun pada 2023.
AI & Biaya Hidup yang Tinggi
Selain pendidikan, teknologi juga berperan besar dalam mengubah pasar kerja. Meskipun sebelumnya jurusan teknologi informasi dan coding menjanjikan karier yang stabil, kemajuan AI membuat banyak pekerjaan di sektor ini semakin kompetitif.
Tak hanya itu, meningkatnya biaya hidup membuat banyak Gen Z kesulitan untuk bertahan dalam dunia kerja. Biaya transportasi dan kebutuhan pokok yang tinggi membuat beberapa dari mereka sulit untuk menerima pekerjaan dengan gaji rendah, terutama di kota-kota besar.
Namun, ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa sebagian besar Gen Z terlalu berharap mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi sejak awal, tanpa ingin memulai dari bawah. Sikap ini, ditambah dengan ekspektasi akan keseimbangan kerja dan hidup yang lebih baik, membuat banyak perusahaan ragu untuk merekrut mereka.
Dilema pekerjaan bagi Gen Z tidak bisa diselesaikan dengan menyalahkan satu pihak saja. Sistem pendidikan, perkembangan teknologi, serta faktor ekonomi semuanya berperan dalam membentuk kondisi saat ini. Namun, yang jelas, adaptasi menjadi kunci. Baik dengan memilih jalur pendidikan yang lebih strategis maupun dengan bersikap lebih fleksibel dalam mencari peluang kerja, Gen Z harus siap menghadapi tantangan dunia kerja yang terus berubah.
VIDEO TERBARU MURDOCKCRUZ :