>

Hal Yang Perlu Kita Ketahui : Skandal Facebook Tentang Bocornya Data Pengguna

Hal Yang Perlu Kita Ketahui : Skandal Facebook Tentang Bocornya Data Pengguna

Skandal FacebookFacebook saat ini terguncang dari serangkaian sejumlah isu keamanan tentang bocornya data pengguna pribadi ke Cambridge Analytica, sebuah perusahaan konsultan politik gelap yang bekerja untuk kampanye Donald Trump. Ini bisa menjadi pertanda buruk bagi pengguna, khususnya dari segi keamanan.

Jumat lalu, wartawan dari The New York Times dan The Observer of London telah mengungkap bahwa Cambridge telah menyimpan salinan data pribadi untuk sekitar 50 juta pengguna Facebook. Padahal, Facebook sudah mengatakan kepada Cambridge untuk berjanji pada 2015 silan bahwa data akan dihapus. Tetapi minggu ini kontroversi seputar hubungan Facebook dengan Cambridge – dan penanganannya terhadap data pengguna pribadi secara lebih umum, yang kini telah menjamur menjadi isu utama dalam hal keamanan pengguna.

Bahkan Anggota Parlemen Inggris menuduh Facebook menyesatkan mereka tentang pelanggaran dan meminta CEO Mark Zuckerberg untuk datang ke Inggris agar bisa membereskan masalah itu secara pribadi. Facebook telah menjadwalkan pertemuan kejutan untuk menjawab pertanyaan yang menyangkut karyawannya tentang kontroversi ini.

Baca juga : 6 Hal Yang Wajib Anda Lakukan Saat Sedang Online

Apa yang kami tahu tentang Skandal Facebook Baru-baru ini

Skandal itu telah menarik perhatian publik secara luas, bahkan menjadi berita utama di hampir seluruh negara, karena ternyata Cambridge telah berhasil mengumpulkan jutaan dolar dalam pekerjaan konsultasi politik untuk kampanye kepresidenan Donald Trump. Bahkan, beberapa laporan telah menggambarkan perusahaan ini sebagai dalang di balik kemenangan pemilihan Trump – dan data Facebook yang dicuri nyatanya sebagai bagian penting dari strategi digital Trump. Tapi sementara teknik psikografi kontroversial perusahaan telah menarik banyak perhatian, ada alasan untuk meragukan bahwa mereka benar-benar digunakan dalam pemilu 2016.

Skandal Facebook

Namun, perhatian yang lebih besar bagi Facebook adalah bahwa kebocoran Cambridge bisa dilihat sebagai hanya satu contoh dari pola yang lebih luas dari lemahnya penanganan data pengguna rahasia. Facebook pada dasarnya menawarkan kontrol privasi kepada pengguna yang seharusnya membatasi siapapun yang memiliki akses ke data mereka, bahkan Facebook telah membentuk Federal Trade Commission untuk memastikan pengaturan tersebut dihormati.

Tetapi laporan terbaru menunjukkan bahwa tindakan privasi Facebook belum efektif, bahkan seolah menghianati pengguna. Ini tentu bisa merusak kepercayaan pengguna pada janji privasi Facebook. Dan itu sudah menarik pengawasan dari regulator pemerintah, baik di negara Amerika, Eropa bahkan sampai di negara kita, yang ingin tahu mengapa Facebook tidak melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam melindungi informasi pribadi pelanggan.

Pelanggaran Cambridge Bisa menjadi titik balik penggunaan Facebook

Jadi, meskipun data Facebook yang dicuri tampaknya tidak memainkan peran penting dalam mendapatkan presiden terpilih Donald Trump. Namun, kontroversi seputar Cambridge telah menyoroti fakta bahwa, setidaknya hingga saat ini, Facebook belum melakukan pekerjaan yang baik untuk menjaga data pengguna pribadi secara aman.

Pada hari Selasa, The Guardian mempublikasikan wawancara dengan Sandy Parakilas, seorang “manajer operasi platform di Facebook yang bertanggung jawab atas kebijakan pelanggaran data oleh pengembang perangkat lunak pihak ketiga antara 2011 dan 2012.” Menurut Parakilas, Facebook mengharuskan pengembang aplikasi untuk menandatangani perjanjian yang harusnya berjanji untuk mematuhi batasan privasi yang melekat pada data pengguna yang mereka terima melalui API Facebook, tetapi penegakan persyaratan ini sangat longgar.

“Kekhawatiran saya adalah bahwa semua data yang meninggalkan server Facebook untuk pengembang tidak dapat dipantau oleh Facebook, jadi kita tidak tahu apa yang dilakukan pengembang dengan data,” ungkap Parakilas kepada The Guardian. “Setelah data meninggalkan server Facebook, tidak ada kontrol apa pun, dan tidak ada wawasan tentang apa yang terjadi.” Parakilas mengatakan bahwa hal tersebut tentu “telah menyakitkan semua orang” mengenai skandal yang saat ini tengah berlangsung di sekitar Cambridge Analytica, karena “Saya tahu bahwa mereka bisa mencegahnya.” Lanjutnya.

Salah satu fitur paling kontroversial dari API Facebook untuk aplikasi pihak ketiga dikenal sebagai “Friends Permission” dimana fitur ini memberi akses bagi pengembang — termasuk Aleksandr Kogan, yang menurut banyak pihak merupakan seseorang yang berada dibalik bocornya data untuk Cambridge , kemampuan fitur ini untuk tidak hanya mengumpulkan informasi tentang pengguna mereka sendiri tetapi juga untuk mendapatkan data tentang teman-teman mereka. Pendekatan longgar Facebook untuk privasi di tahun-tahun awal nyatanya membantu pertumbuhannya yang cepat, karena memungkinkan penciptaan hit viral seperti aplikasi game Farmville. Meskipun, Facebook mengakhiri fitur Friends Permission pada tahun 2014, menurut The Guardian.

Fakta bahwa Facebook yang telah mengizinkan begitu banyak data pribadi nominal bocor ke pihak ketiga pastinya cukup memalukan. Perhatian yang lebih besar untuk Facebook saat ini adalah bahwa perusahaan telah menandatangani kesepakatan dengan Federal Trade Commission pada tahun 2011 yang secara khusus berfokus pada penegakan pengaturan privasi pengguna. Dua mantan pejabat FTC mengatakan kepada The Washington Post minggu ini bahwa mengizinkan data pengguna untuk diungkapkan kepada pihak ketiga mungkin telah melanggar ketentuan perjanjian 2011, yang berpotensi mengekspos Facebook dengan denda yang jauh lebih besar.

Inilah mengapa perusahaan tersebut saat ini tengah menjadi sorotan utama di negara-negara besar seperti di Eropa dan Amerika, bahkan sejumlah negara di Asia. Facebook bahkan sudah mendapatkan banyak pengawasan yang tidak diinginkan dari regulator di Eropa, yang umumnya memiliki undang-undang privasi jauh lebih ketat daripada Amerika Serikat. Bahkan, Regulator privasi Inggris telah menggerebek kantor Cambridge Analytica untuk menentukan apakah perusahaan tersebut masih memiliki data pengguna Facebook terlarang.

Mark Zuckerberg Angkat Suara

Bos besar Facebook baru-baru ini kini angkat suara setelah bungkam selama kontroversi bocornya data pengguna seminggu yang lalu. Hal tersebut diungkap CNN, dimana Mark Zuckerberg  mengatakan bahwa “Saya benar-benar menyesal bahwa ini terjadi,” kepada Laurie Segall dari CNN dalam sebuah wawancara TV eksklusif pada hari Rabu.

Pengungkapan itu menempatkan Facebook dan Zuckerberg di bawah mikroskop untuk menangani data dan privasi pengguna. Zuckerberg bahkan membahas skandal itu secara publik melalui sebuah posting Facebook pada hari Rabu. Dia menulis bahwa perusahaan telah membuat “kesalahan” fatal dan menguraikan bagaimana ini akan mengubah kebijakan Facebook untuk kedepannya, agar bisa memastikan bahwa data pengguna dilindungi.

 Baca Juga :



Comments

VIDEO TERBARU MURDOCKCRUZ :

Indra Setia Hidayat

Saya bisa disebut sebagai tech lover, gamer, a father of 2 son, dan hal terbaik dalam hidup saya bisa jadi saat membangun sebuah Rig. Jauh didalam benak saya, ada sebuah mimpi dan harapan, ketika situs ini memiliki perkembangan yang berarti di Indonesia atau bahkan di dunia. Tapi, jalan masih panjang, dan cerita masih berada di bagian awal. Twitter : @murdockcruz Email : murdockavenger@gmail.com